Di satu pesantren ternama di Cidokom Gunung Sindur, saya minta izin jemput anak yg sakit (1 SMP) kepada ustad M. Setelah dapat catatan, saya tanya selanjutnya apa yg harus saya lakukan. Ustad M ini menjawab: “Ke keamanan dan ke Ta’lim. Tapi itu semua ane yg ngatur. Bapak tunggu saja.” Katanya.
Saya tegaskan: “Jadi saya menunggu saja di sini?”
“Iya”, katanya.
20 menit saya menunggu, tidak muncul2 juga. Malah dia keluar naik motor tanpa menegur saya sambil ngobrol sebentar dgn temannya sambil tertawa2 dalam bahasa Arab yg fasih. Setelah itu pergi.
Karena lama menunggu, akhirnya anak saya bilang Keamanan ada di samping, setelah itu kita ke Keamanan untuk lapor. Setelah itu ada yg memberi tahu agar ke Ta’lim. Di situ beli formulir izin. Saya ceritakan saja: “Kok Ustad M itu suruh saya menunggu dan berkata saya tidak perlu apa2 dan cuma harus duduk menunggu saja?”
Dia diam saja.
Saya lanjutkan: “Padahal kalau orang Islam, ngomongnya harus bener kan?”
Setelah saya ceritakan pada orang tua santri yg berkumpul di saung, ibu2 menyahut kalau ustad M memang begitu. Saya juga sering dibegitukan, katanya.
“Kok bisa ya ustad bohong, padahal bohong itu ciri orang Munafiq”, kata saya. “Harusnya jika saya harus ke keamanan, Ta’lim, dsb, bilang begitu. Kenapa harus bohong?”
Saya berpikir kok bisa pembohong jadi pengurus santri?
Saya coba berkunjung ke pimpinan pesantren ke rumahnya, tapi kebetulan sedang tidak ada.
Anak saya bercerita sering gurunya tidak masuk. Hari ini (Minggu), dari 7 pelajaran cuma ada 3 ustad yg mengajar. Kemarin (Sabtu) dari 7 pelajaran hanya 1 ustad yang datang. Ada juga ustad yang datang tapi seperti tidak niat belajar. Waktu pelajaran 45 menit. Dia cuma “mengajar” 30 menit. Cuma menyuruh anak2 baca buku pelajaran. Tanpa menjelaskan apa2.
Anak saya sakit karena sebelumnya seharian tidak makan. Pagi tidak makan karena usai mandi, dia kehabisan makanan. Siang tidak makan karena dihukum. Malam kehabisan makanan karena harus mengantar laundry di luar pesantren. Sebab kalau laundry di pesantren, pakaian sering hilang, katanya. Jika siang dan ketahuan, bisa dibotakin.
Karena tidak makan itu akhirnya muntah tapi tidak ada makanan yang keluar. Perutnya sakit, katanya. Badannya lemas. Di situ tidak ada ustad yg mengurus kesehatan seperti membawa ke puskesmas, ke dokter, atau memberi obat. Santri cuma istirahat di kamar dan dibawakan makanan. Itu saja.
Sering juga kena hukum jika kena piket kebersihan bersama 2 temannya yang lain. 3x sehari harus membersihkan kamar. Pagi, siang, sore. Jika ada teman2 yg lain nyampah dan kotor dan ketahuan, langsung dihukum. Kadang saat hukuman tsb mudabbirnya menendang atau memukul dgn kayu. Kalau memukul dgn kayu, kata temannya sakit.
Disiplin ditegakkan sepertinya dgn cara ghodlob (marah). Tahu sendiri kan ghodlob itu sifat siapa? Sifat Rahman (Pengasih) dan Rahim (Penyayang) yang terdapat dalam basmalah tidak terpancar.
Adab sebelum ilmu. Orang2 yg beriman menyayangi sesama. Ilmu baru bermanfaat jika dipake.
Allah mengutuk orang yang banyak berbohong:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” [QS Adz Dzaariyaat:10]
Siksa yang pedih di neraka disediakan bagi para pendusta:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al Baqarah:10]
Dusta adalah satu ciri orang Munafik:
Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
Berdusta bukanlah sifat seorang Mukmin:
“Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta. (HR. Al Bazzaar)
Yang namanya orang tua itu pasti menyayangi anaknya. Saat menyerahkan anaknya ke pesantren, orang tua berharap Kiai, para Ustad, dan juga kakak-kakak kelasnya memperlakukan anak tsb sebagaimana anak mereka atau adik mereka sendiri. Penuh kasih sayang. Bukan kebencian/kemarahan.
Seorang Ustad itu selain guru mempunyai beberapa sifat seperti Mudarris yang mampu mengajarkan mata pelajaran tertentu kepada santri. Mu’allim yang bisa membuat santri yang jahil menjadi tahu. Muaddib yang bisa membuat santri jadi beradab. Musyrif yang menjadikan santri berakhlaq mulia. Murobbi dan Mursyid yang bisa membimbing para santri sehingga jadi orang yang alim, berakhlaq mulia, dan lurus. Itu baru bisa disebut Ustad. Jadi ustad itu berat.
Tulisan ini dari status di Facebook yg dapat beberapa tanggapan.
Deden S: Iya PonPes Yg ternama Di Cidokom hanya DN 8 aja Ust.
Santai aja Pak Haji Agus Nizami.Adik ana kbtln Musyrif disana.
Ana juga dulu pernh pengalaman seperti apa yg dirasakan Pak Haji
Agus Nizami: Keluhannya banyak sebetulnya seperti WC yg kotor shg saya bisa menahan buang air selama 8 jam di sana. Tidak ada petugas kebersihan/ustad yg memimpin santri membersihkan WC. Kebersihan cuma mengandalkan santri yg notabene anak2 SMP. Air butek dan sering mati karena listrik mati dan tak ada genset. Anna zhofatu minal iman tak ada di situ. Beda dgn mal2… :) Cuma karena terlanjur masuk disabar2kan saja. Mudah2an ada perbaikan
Deden S: Semoga bisa menjadi lbh baik lembaga2 yg msh banyak masalahnya ya Pak Haji.Termasuk DN 8.Aamiin…
Agus Nizami: Mudah2an pak. Aamiin. Sering ada barang hilang di pesantren. Kemungkinan besar ada yg nyolong. Nah yg begini dihukum berat tidak masalah sebab sudah kriminal. Pasang CCTV juga buat pencegahan minmal 1 di tiap kelas jadi kalau ada kehilangan bisa dicari pelakunya. Harga rp 4 juta dgn 4 kamera yg jika ditanggung 4 kelas (100 orang) itu jatuhnya rp 40 ribu/siswa. Cuma sekali saja. Nyumbang rp 200 ribu pun saya rela untuk CCTV tsb. Bisa jadi kalau ortu santri yg kaya dan dermawan, bisa ditanggung semua. Bisa dimonitor dari jauh seperti dari komputer dan HP jika ada internet. Jadi jika kelas kosong tak ada yg mengajar dsb, pimpinan dan pengawas tahu
Ini komentar dari seseorang yang punya anak di pesantren lain:
Nieda Baraqbah: Sy pernah pesantren kan anak di “A” ternyata algojo2 nya kaka2 kelas mrk, ada kesalahan hukuman nya berendam di air kubangan kerbau dari jam 11 sd jam 3 pagi, berdehem saat sholat di cambuk, mk sy ambil kembali anak sy krn sy blg klo lama2 disini anak sy bs tinggal nama aja. Sampai di rmh sy kaget ternyata punggung nya sdh babak belur bekas rotan, 7 thn berlalu bekas sabetan rotan msh tampak jelas, sy marah n sy bersumpah ga ridho dunia akhirat dgn perlakuan mrk.
Agus Nizami: Makanya tulisan saya ini maksudnya sekedar menyadarkan agar ada perbaikan terutama di pesantren2 yg seperti itu. Makanya saya tak mau sebut nama. Sifat Rohman dan Rohim pada Bismillah harus dipakai. Jangan ghodlob yg dipakai sebab ghodob itu sifat …..
Rahmat Hariadi: semoga ada lembaga yg bagus dg direktur yg bagus sesuai bimbingan Allah dlm Al-Qur’an,,
Agus Nizami: Di sekolah2 umum ada akreditasi dari Diknas misalnya A, B, C dsb. Sbg Imbalan Diknas memberi bantuan ke sekolah2 umum tsb meski swasta. Harusnya untuk Pesantren2, Diknas / Kementerian Agama memberi Akreditasi juga ke pesantren2 apakah A, B, C dsb
Firdaus Ibrahim: Buruan pindahin ke Pesntren lain, nanti anaknya stress.
Agus Nizami: Ini lagi di rumah dulu pak. Biar sembuh dulu, Jika anak saya sudah tak betah, terpaksa saya keluarkan
Firdaus Ibrahim: Agus Nizami
Anak saya dulu 3 orang di Gontor. Mereka bolak balik minggat n stress. Akhirnya saya pindahkan ke sekolah umum.
Yoga Rifai Hamzah Full Saya sepertinya tahu pesantren itu. Coba d email. Biasanya ada tanggapan krn biasanya email d tembuskan ke pimpinan
Dewi Pertiwi: Kenapa kok pendidikan pesantren modelnya begitu? Apa yg salah? atau disusupi? sptnya perlu diselidiki ya? Knp kyainya gk kontrol? Keponakan sy prnh di Pesantren dipukulin kk kelasnya & pecah Limpanya & stlh dioperasi dia kehilangan limpa, skrg dipindahkan ke sekolah umum.
Agus Nizami: Kehilangan Limpa? Itu sdh kriminal bu.
Jika yg memukul kiainya masih mending. Kalau kakak kelas beramai2, bisa seperti STPDN. Mana adab dan akhlaqnya?
Filed under: Pendidikan |
Tinggalkan Balasan