Menurut saya Full Day School itu harus jadi 1 pilihan. Bukan paksaan. Sebab efeknya banyak. Tak semua orang baik itu siswa, orang tua, guru, dan pemerintah siap Full Day School.
Siapkah pemerintah menggaji guru lebih besar karna jam kerja bertambah? Dari jam 7:00-12:00 jadi jam 7:00-16:00?
Siapkah guru, terutama wanita meninggalkan anak mereka lebih lama? Bagaimana jika anak mereka masih Balita atau menyusui?
Siapkah orang tua jika anak tak bisa membantu di sawah, dagang dsb?
Nanti akan kita dapati generasi terputus yg cuma bisa sekolah. Tidak bisa bekerja jadi petani, peternak, nelayan, atau pun dagang. Cuma bisa sekolah. Cuma bisa pegang buku, pulpen, dan komputer.
Anak petani tak bisa jadi petani karna mereka cuma sekolah. Tangan mereka tak kuat mengayun pacul dan kena panas matahari di sawah.
Anak nelayan tak bisa jadi nelayan. Anak pedagang tak bisa berdagang. Padahal sebelumnya mereka biasa membantu orang tua mereka.
Pengajian pun bisa tutup karna waktu anak habis di sekolah.
Saat Nabi ditanya kenapa tidak mengajar setiap hari?
Nabi berkata: “Aku takut kalian jadi bosan”.
Nabi manusia paling sempurna saja begitu.
Finlandia dgn pendidikan terbaik di dunia ternyata jam pelajarannya singkat. Kurang dari 5 jam/hari.
Biar seperti sekarang ini. Yang mau Full Day School silahkan masuk pesantren, SDIT, dan sekolah yg khusus FDS. Tapi yg mau sekolah Half Day School jangam dipaksa harus FDS.
Belajar itu tak harus di sekolah. Tak semua hal bisa dipelajari di sekolah. Juara dunia tinju seperti Muhammad Ali dan Mike Tyson itu belajar tinju bukan di.sekolah. Mereka tak akan bisa jadi juara dunia jika waktu mereka habis di sekolah FDS.
Bill Gates tak akan bisa membuat Windows dan Mark Zuckerberg tak akan bisa bikin Facebook jika waktunya habis tersita untyk sekolah.
Belajar tak cuma di sekolah. Anak perlu bermain, berkreasi, menyalurkam hobi dan bergaul dgn keluarga dan teman mereka.
Filed under: Pendidikan | Tagged: Full Day School |
Tinggalkan Balasan