Ada rasa bangga dan takjub pada para penghafal Al Qur’an. Ada juga rasa khawatir sebagaimana Ustad Abdi. Yang jelas saya tidak sendiri.
Yang paling penting akhlaq Al Qur’an. Jangan terlalu berlomba hafal Al Qur’an, tapi ilmu lain seperti Sifat 20, cara sholat, puasa, zakat, dsb malah terabaikan. Nahwu, Sharaf, dan Balaghah juga penting agar tidak keliru memahami Al Qur’an. Contoh: Ud’u lana dgn Ud’u ‘alaina itu artinya berbeda 180 derajad. Antara langit dan bumi. Jika ilmunya kurang luas, tidak akan paham. Akhlaq dan Adab juga penting.
Harus ada yang hafal Al Qur’an. Cuma tidak semua orang bisa hafal Al Qur’an. Zaman Nabi juga tidak semua sahabat hafal Al Qur’an. Yang penting khatam, paham, dan diamalkan.
Sekali lagi biar tidak salah paham, Hafidz Al Qur’an 30 juz itu tetap harus ada. Tapi harus diimbangi ilmu lainnya seperti Iman, Islam, dan Ihsan sesuai dgn paham ulama Salaf. Agar tidak seperti hadits2 ini. Jangan sampai ada yang menulis Pak Agus Nizami menentang dan benci Hafidz Al Qur’an. Alhamdulillah guru saya ada yg hafidz tapi pemahamannya insya Allah luas.
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti (Nabi Hud) membunuh kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadits2 di atas cukup banyak. Jadi kekhawatiran kita ada banyak dalilnya di hadits Nabi. Fenomena mengkafirkan dan menuduh Muslim sbg musyrik juga banyak. Sesuai dgn hadits Nabi di atas. Jadi hati2. Dari tahun 1980 hingga sekarang, sudah ada jutaan Muslim dibunuh juga oleh Muslim atas nama Islam. Jadi hati2. Nabi tidak pernah memerangi sesama Muslim.
Ibarat kita sekolah, tidak belajar Matematika saja atau Bahasa Indonesia saja. Tapi menyeluruh. Ada juga IPA, IPS, Agama, dsb sehingga wawasan kita jadi luas. Begitu pula ibarat Binaraga. Jangan cuma tangannya saja yang gede tapi kakinya tidak dilatih sehingga kecil. Jadinya malah tidak proporsional. Aneh.
Jadi hafal Al Qur’an itu bagus. Tapi harus dilengkapi ilmu lain seperti Sifat 20, Fiqih, dan Akhlaq / Tasawwuf. Harus juga merujuk pada Jumhur Ulama selaku pewaris Nabi agar tidak sesat. Bukankah sahabat dulu apa2 selalu merujuk ke Nabi?
2 JENIS PENGHAFAL AL QUR’AN
Ada 2 jenis penghafal Al Qur’an. Yang pertama Imam Syafi’ie. Beliau hafal Al Qur’an pada umur 7 tahun dan kitab Al Muwaththo umur 10 tahun. Zaman sekarang saya pernah bertemu dgn anak2 yang sudah hafal Al Qur’an pada umur 5 tahun. Apa Imam Syafi’ie kalah cerdas dgn mereka? Tidak. Imam Syafi’ie itu jenius. Kalau pun hafal Al Qur’annya baru pada umur 7 tahun, ini karena beliau juga belajar ilmu2 lain seperti ilmu Fiqih. Bahkan beliau jadi salah satu Imam Mazhab Fiqih yg utama. Pemahaman agamanya menyeluruh.
Yang kedua adalah Abdurrahman bin Muljam. Dia juga seorang hafal Al Qur’an, namun karena pemahamannya dangkal, berubah jadi khawarij bahkan membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib ra karena menurutnya Ali sudah menyimpang dari Islam. Hingga ajalnya, dia yakin tindakannya membunuh Ali itu adalah benar. Jihad. Cuma dia yang benar. Hanya dia yang jadi pembela Islam.
Abdurrahman bin Muljam ini bukan orang sembarangan. Zaman Khalifah Umar bin Khoththob ra, dia dikirim ke Mesir untuk jadi guru baca Al Qur’an di sana. Cuma membaca tanpa paham Al Qur’an, membuatnya jadi Khawarij.
Saya pribadi juga mau anak saya jadi seorang Hafidz. Hafal Al Qur’an. Tapi juga dia harus paham ilmu2 lain seperti Imam Syafi’ie sehingga tidak picik seperti Abdurrahman bin Muljam.
Ummat Islam sebaiknya hafal Al Qur’an, paham Al Qur’an, mengamalkan Al Qur’an, dan berakhlak Al Qur’an.
Ummat Islam harus paham hal2 yang wajib / fardlu seperti sholat dan juga hal2 yang haram agar bisa jadi orang yg bertakwa. Mengerjakan semua perintah yg wajib dari Allah SWT dan menjauhi larangannya.
Siroh / Sejarah Nabi Muhammad SAW juga ummat Islam harus belajar agar paham perjuangan Nabi Muhammad itu bagaimana. Apa saja yang dilakukan Nabi? Bagaimana cara Nabi menghadapi satu masalah? Bagaimana sikap dan sifat Nabi? Ini penting mengingat akhlaq Nabi adalah Al Qur’an dan Nabi adalah Uswatun Hasanah yang harus kita contoh.
Abdi Kurnia Djohan
June 19 at 10:30pm ·
Yang saya khawatirkan dari besarnya animo umat Islam untuk menghapalkan Al-Qur’an adalah mereka hanya menjadikan hapalan Al-Qur’an itu sebagai kontes semata.
Apakah fenomena seperti itu yang dimaksudkan oleh Uswah kita Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم :
يقرؤون القران لا يجاور حناجرهم
Mereka membaca Al-Qur’an tapi Al-Qur’an itu tidak melewati tenggorokan mereka (HR Ibnu Majah dengan sanad yg shahih)
Entahlah, saya tidak bermaksud berburuk sangka karena saya pun mengharapkan semua anak-anak muslim, termasuk anak-anak saya bisa menghapal Al-Qur’an. Tentunya bukan dalam kerangka berpikir sebagai ajang kontes banyak-banyakan hapalan. Karena kita manusia, bukan burung beo.
Filed under: Agus Nizami, Islam |
betul sangat semakin jelas sekarang ini semakin banyak ahli agama yang sok menyalahkan aliran lain padahal belum tentu salah